LaguDolanan Jawa. 1. GUNDUL GUNDUL PACUL Gundul-gundul paculcul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakulkul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Wakul ngglimpang segane dadi sak latar. 2. SLUKU SLUKU BATOK Sluku-sluku bathok Bathoke ela-elo Si Rama menyang Solo Oleh-olehe payung mutho Mak jenthit lolo lo bah Wong mati ora obah Yen
Sebagaimanaterefleksikan dalam lagu anak berikut ini: "E dayohe teka/ e gelarno klasa/ e klasane bolong/ e tembela gemblong/ e gemblonge mambu/ e pakakna asu/ e asune mati, e guwako kali ." Pandangan dunia ini nampaknya terbawa oleh sebagian kita yang hijrah ke kota-kota macam Jakarta. Akibatnya, meski ruang fisik hidup kita di megapolitan
E.,Dayohe Teka Masih ingatkah kita akan tembang yang sering kita mainkan di waktu kita masih kecil bersama teman teman kita di jalan maupun dipelataran rumah.? Ternyata tembang tersebut serat akan makna dan pesan dari para wali.
Padawaktu dulu masih kecil kita sering menyanyikan lagu-lagu atau tembang dolanan, atau tembang lain yang tiba-tiba kita hafal karena kita nyanyikan tiap hari dan menjadi bagian dari permainan kita. Nah berikut ini adalah beberapa tembang masa kecil itu. 1. Gundul Gundul Pacul Gundul-gundul paculcul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakulkul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
EDayohe Teko (dinyanyikan pakai nada lagu unyil) E Dayohe Teko E Gelarno Kloso E Klosone Bedah E Tambalen Jadah E Jadahe Mambu E Pakakno Asu E Asune Mati E Guwaken Kali Sebenarnya Masih Banyak Tapi Ane Males Ngetik. 12-05-2017 08:43 . Diubah oleh 19:43 . 0.
berapa nol seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. e.. dayohe teko…ee gelarno kloso … ee.. klasane bedah…ee tambalno jadah.. ee.. jadahe mambu .. ee pakakno asu… ee..asune mati …ee guwakno kali.. ee.. kaline banjir.. ee guwak neng pinggir.. Dalam bahasa Indonesia artinya Dayohe teko Tamunya datang. Gelarno kloso digelarkan tikar. Klosone bedah tikarnya robek Tambalno jadah Ditambal jadah ketan. Jadahe mambu Ketanya bau Pakakno asu kasihkan ke anjing. Asune mati anjingnya mati. Guwakno kali buang ke kali Kaline banjir kalinya banjir. guwak ning pinggir buang di pinggir. Saya sering mendengar tembang dolanan di atas sewaktu kecil. Tak pikir mung dinggo lucu-lucuan. Namun di balik kelucuan itu terletak pesan moral tentang penyelesaian masalah yang buruk. Sebuah praktik mis-manajemen permasalahan yang dapat dilihat di berbagai lapisan dari atas ke bawah. Kapan kah saat “Klasane bedah” lalu ambil karpet untuk si tamu di praktekan? Just Ibn
May 9, 2021 Beberapa waktu lalu, saya mendengarkan sebuah tembang/ lagu yang bisa jadi hanya dikenal oleh anak-anak tahun 70-80an. Satu lagu dolanan yang dinyanyikan sembari bermain bersama dengan teman sejawat. Syair dari lagu dolanan ini sebetulnya memiliki makna yang cukup dalam atau mengandung filosofi kehidupan mengenai manajemen konflik. Bagaimana bisa sebuah lagu dolanan memiliki filosofi akan kehidupan? dan siapa sebenarnya pencipta lagu dolanan tersebut? Saya coba utarakan dalam tulisan berikut, dengan mengambil dari beberapa sumber lagu yang saya coba susun ulang agar syair lagu benar-benar lengkap. E Dayohe Teko Lagu “E Dayohe Teko” konon diciptakan oleh Prabu Djoyoboyo yg terkenal dengan keahlian dalam meramal. Ada sebuah video yang sangat rinci menjelaskan tentang lagu ini, bahkan syair lagu ini ditulis dalam huruf Jawa Kuno. Silahkan cek di sini. Makna dibalik Lagu “E Dayohe Teko” Karya Djoyoboyo – Jabalahad TV Syair Lagu “E Dayohe Teko” Syair lagu “E Dayohe Teko” yang saya susun ulang berdasarkan beberapa sumber yang saya peroleh seperti berikut E dayohe tekoE gelarno klosoE klosone bedahE tambelen jadahE jadahe mambuE pakakno asuE asune matiE buak neng kaliE kaline banjirE kelek no pinggirE pinggire yo santerE centelno pagerE pagere ambrukE mergo tak tubrukE sopo sek nubruk E sek nubruk Asu Dari syair lagu ini sebetulnya bisa dimengerti oleh orang Jawa lantaran menggunakan bahasa Jawa Ngoko atau bahasa percakapan pada umumnya. Selanjutnya, apa saja makna atau filosofi yang tersirat dalam lagu dolanan ini. Berikut sedikit pengertian dari saya. Manajemen Konflik Lagu E Dayohe Teko’ memiliki makna mengenai manajemen konflik atau bagaimana cara yang tepat dalam menghadapi berbagai konflik/ masalah kehidupan. Bait pertama merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam ungkapan E.., Ealah, E iki piye, dan sebagainya. Sedangkan bait kedua merupakan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Satu point utama adalah pada saat mengambil sebuah solusi hendaknya solusi tersebut harus tepat dan benar-benar menyelesaikan permasalahan agar tidak menimbulkan permasalahan baru. Dalam lagu ini solusi yang dicontohkan jika kita mengambil solusi yang tidak tepat, maka akan menyebabkan masalah lain. Masalah baru yang muncul kemudian dicoba untuk diselesaikan dengan solusi berikutnya yang menemukan pengaruh terhadap kondisi yang ada. Hingga di akhir lagu menjelaskan bahwa sumber masalah di kehidupan kita, adalah diri kita sendiri. Baik karena tidak bisa mengambil solusi yang tepat, tidak menghiraukan pendapat orang lain, tidak mau mempelajari kondisi sekitar, tidak mau mencari alternatif literasi, keegoisan, tingkat emosi, dan hal-hal lain yang melandasi diri kita menjalani fase permasalahan kehidupan. Pilihlah solusi yang tepat untuk satu permasalahan dan selesaikan setiap masalah dengan tuntas. Permasalahan hidup antara yang satu dengan yang lain tidak lah sama karena beberapa faktor baik karena usia, tingkat pendidikan, keterlibatan keluarga, atau karakter yang dimiliki. Orang-orang yang usianya sudah lebih tua, tentu sudah banyak makan asam garam kehidupan. Karena sudah lebih dulu melampui kehidupan dibanding orang-orang sesudahnya. Sehingga bisa jadi para orang tua dalam menyikapi permasalahan lebih bijak. Manajemen konflik yang tersirat dalam lagu dolanan E Dayohe Teko’ adalah bagaimana kita ketika mendapatkan masalah, kita harus menemukan solusi dari masalah tersebut agar terselesaikan. Dan yang paling penting adalah tanggung jawab kita berperan dalam menyelesaikan yang mungkin kita-lah sumber masalah tersebut.
lagu e dayohe teko e gelarno kloso