Kumpulannaskah drama 26: Aku vs ayahku, Lit, Srikandi edian, Nimok,aku cinta kamu, Hitam putih, Rumah ditubir jurang, Sitty Noerbaja NASKAH DRAMA 29 cm oleh Budi ros , dkk
BANKNASKAH 2009 - Download naskah drama/pertunjukan berbahasa Indonesia GRATIS! Naskah Web. Home; Proses; Panggil Aku Azisa Renungan Lukisan Kopi Sang Mandor Mayat Mayat Cinta Naskah TV Eng Ong Ismail si Kakek Kartini Berdarah Gemuruh Perang Suatu Salah Paham Aku Vs Ayahku Tak Ada Bintang Di Dadanya Taplak Meja Nominasi TB Jatim
Ismail: Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kamu. Insya Allah s.w.t. kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Ibrahim : Bahagialah aku memiliki seorang putera yang taat kepada Allah, berbakti kepada orangtua dan ikhlas menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah. (Ibrahimpun memeluk Ismail lalu mengikatnya dan membaringkannya dilantai.
naskahdrama anak sekolah artikel1 naskah drama pendek anaka sekolah artikel2 naskah drama sekolah 6 orang artikel3 naskah drama sekolah pendek artikel4 naskah drama sekolah 5 orang. File Naskah Drama Remaja Aku Vs Ayahku: - File Tipe : Ms. Word. Posted by asik bos at 10:10. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to
Palingpaling si Inah, istri kamu yang ada. Mir, sudah, kita muter ke pub aja lagi. SOPIR (Memegang kepala) Tuan, itu tidak mungkin. Saya tidak mau diusir sama pegawai pub. LELAKI (Memelototkan mata)
berapa nol seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. Analisis Unsur Intrinsk dan Ekstrinsik Naskah Drama Ayahku Pulang Karya Usmar IsmailAnalisis Unsur Intrinsk dan Ekstrinsik Naskah Drama Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail
PINDAH RUMAH - Berkat doa dan dukungan sahabat teater se tanah air, maka Bandar Naskah kini telah memiliki rumah baru di * Namun demikian, blog ini... 6 tahun yang lalu Praktek Tata Lampu - Proses kerja penataan cahaya dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang... 12 tahun yang lalu
0% found this document useful 0 votes147 views53 pagesOriginal TitleAku vs AyahKu AsliCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes147 views53 pagesAku Vs AyahKu AsliOriginal TitleAku vs AyahKu Asli You're Reading a Free Preview Pages 9 to 34 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 38 is not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 42 to 46 are not shown in this preview.
SinopsisNaskah drama berjudul Ayahku Pulang ini, berkisah tentang seorang ayah yang bernama Raden Saleh tega meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil demi mengejar harta. Saat Raden Saleh pergi, keadaan rumah pun masih miskin. Anak pertamanya bernama Gunarto, saat itu masih berumur 8 tahun, anak keduanya bernama Maimun yang saat itu juga masih balita, sedangkan anak ketiganya, Mintarsih saat itu masih dalam kandungan sang ibu. Sang ayah pergi merantau untuk bekerja di Singapura. Setelah sukses di sana, kemudian ia menikah dengan seorang janda yang saat api membakar habis tokonya, ia menanggung kerugian besar. Investasi yang ia lakukan pun gagal, akhirnya ia pun terlunta-lunta. Kini usianya telah tua dan ia memilih untuk kembali ke keluarganya yang puluh tahun sudah berlalu, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan seorang ayah. Maimun juga sudah memiliki pekerjaan, sedangkan Mintarsih bekerja dengan menerima itu keluarganya sangat bahagia tanpa seorang ayah yang menemani kehidupan mereka. Pada malam hari Raya Idul Fitri, saat Gunarto pulang kerja. Gunarto menemukan ibunya yang sedang melamun, teringat kejadian dua puluh tahun yang lalu, di malam yang sama sang ayah telah meninggalkan mereka. Kenangan itu membuat luka lama di hati Gunarto kembali terbuka. Ia memilih tidak membicarakan hal itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Maimun kemudian pulang dan membawa kabar bahwa tetangga mereka melihat seorang laki-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama kemudian, Mintarsih pun pulang dan juga berkata bahwa ia melihat ada seorang lelaki tua di seberang jalan yang sedang melihat kearah rumah saat kemudian, seorang laki-laki tua menghampiri rumah mereka. Ibu langsung mengenali orang tua itu sebagai suaminya yang telah lama pergi meninggalkan mereka. Maimun dan Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan yang dulu pernah terjadi, langsung saja menerima orang itu sebagai ayah mereka. Lain halnya dengan Gunarto yang masih memiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya, ia tidak sudi menerimanya kembali di rumah menyuruh laki-laki tua itu untuk masuk ke dalam rumah dan menyuruh Maimun mengambilkan minuman. Ayah pun melihat Gunarto yang kini sudah dewasa. Lalu ayahnya meceritakan kehidupannya sewaktu di Singapura, dia mempunyai istri, tetapi kemudian tokonya terbakar habis dan sekarang kehidupannya menjadi terlunta-lunta. Gunarto pun marah, sifat angkuhnya yang menurun dari sang ayah pun muncul dan ia mencaci-maki ayahnya. Mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya tentang kesalahan yang telah diperbuat ayahnya di masa lalu, serta mengingatkan perjuangannya sebagai tulang punggung keluarga. Sang ayah menyesal dan akhirnya memilih untuk pergi karena tidak ingin mengganggu kedamaian hanya bisa menangis menahan kepedihan dan penderitaan yang dialaminya lagi, ditinggalkan suaminya di saat malam hari raya Idul Fitri. Maimun dan Mintarsih menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah mereka, karena bagaimanapun juga mereka tetap darah dagingnya. Maimun akhirnya bertekad untuk menentang kakaknya dan pergi untuk memanggil ayahnya kembali pulang. Tetapi Maimun hanya menemukan baju dan peci ayahnya saja di pinggir jembatan. Ternyata sang ayah bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan ke dalam Maimun membawa topi dan baju sang ayah ke rumah. Saat itulah Gunarto terkejut dan sangat menyesali perlakuannya terhadap sang ayah. Gunarto pun pergi berlari untuk mengejar ayahnya ke jembatan,Gunarto mencari ayahnya dan memanggil-manggil nama ayahnya. Usaha Gunarto pun tidak membuahkan hasil, kini yang tersisa hanyalah penyesalan yang mendalam di hati PULANG Karya Usmar Ismail1. RADEN SALEH T I N A Ibu / Isteri Raden GUNARTO Anak laki-laki tertua Raden Saleh dan MAIMUN Adik laki-laki Gunarto / anak kedua Raden Saleh dan MINTARSIH Adik perempuan Gunarto dan Maimun / anak bungsu Raden Saleh dan Tina. PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN DALAM DARI SEBUAH RUMAH YANG SANGAT SEDERHANA DENGAN SEBUAH JENDELA AGAK TUA. DIKIRI KANAN RUANGAN TERDAPAT PINTU. DISEBELAH KIRI RUANGAN TERDAPAT SATU SET KURSI DAN MEJA YANG AGAK TUA, DISEBELAH KANAN TERDAPAT SEBUAH MEJA MAKAN KECIL DENGAN EMPAT BUAH KURSINYA, TAMPAK CANGKIR TEH, KUE-KUE DAN PERALATAN LAINNYA DIATAS MEJA. SUARA ADZAN DI LATAR BELAKANG MENUNJUKKAN SAAT BERBUKA PUASA. SEBELUM LAYAR DIANGKAT SEBAIKNYA TERLEBIH DAHULU SUDAH TERDENGAR SUARA BEDUK BERSAHUT-SAHUTAN DIIRINGI SUARA TAKBIR BEBERAPA KALI SEBAGAI TANDA KALAU ESOK ADALAH HARI RAYA IDUL FITRI. SUARA BEDUG DAN TAKBIR SEBAIKNYA TERUS TERDENGAR DARI MULAI LAYAR DIANGKAT/SANDIWARA DIMULAI SAMPAI AKHIR PERTUNJUKKAN INI. KETIKA SANDIWARA DIMULAI/LAYAR PANGGUNG DIANGKAT, TAMPAK IBU SEDANG DUDUK DIKURSI DEKAT JENDELA. EKSPRESINYA KELIHATAN SEDIH DAN HARU MENDENGAR SUARA BEDUK DAN TAKBIRAN YANG BERSAHUT-SAHUTAN ITU. KEMUDIAN MASUK KEPANGGUNG GUNARTO. GUNARTO Memandang Ibu Lalu Bicara Dengan Suara SesalIbu masih berfikir lagi...I B U Bicara Tanpa Melihat GunartoMalam Hari Raya Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan. Gunarto Lalu Bergerak Mendekati Pintu Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun. GUNARTO Agak KesalAyah...... I B UKeesokan harinya Hari Raya, selesai shollat ku ampuni dosanya... GUNARTOKenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita? I B U Memandang GunartoAku merasa bahwa ia masih ingat kepada kita. GUNARTO Bergerak Ke Meja MakanMintarsih kemana, Bu? I B UMintarsih keluar tadi mengantarkan jahitan, Narto. GUNARTO HeranMintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu? Bukankah seharusnya ia tidak usah lagi membanting tulang sekarang? I B UBiarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti. GUNARTO Bergerak Mendekati Ibu,Lalu Bicara Dengan LembutSebenarnya Ibu mau mengatakan kalau penghasilanku tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu? Diam Sejenak. Pause Bagaimana dengan lamaran itu, Bu? I B UMintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto..Tapi dari fihak orang tua anak lelaki itu terus mendesak Ibu saja.. GUNARTOApa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak! I B UAh... uang, Narto?? GUNARTO Sadar Karena Tadi Berbicara SalahMaaf Bu... bukan maksud aku mau menjual adik sendiri.. Lalu Bicara Dengan Dirinya Sendiri Ah... aku jadi mata duitan.... yah mungkin karena hidup yang penuh penderitaan ini... I B U MenerawangAyahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak, mewah diwaktu kami kawin dulu. Tetapi kemudian... seperti pokok yang ditiup angin kencang...buahnya gugur..karena...... Suasana Sejenak Hening, Penuh Tekanan Bathin, Suara Ibu Lemah Tertekan Uang Narto! Tidak Narto, tidak...aku tidak mau terkena dua kali, aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang Hartawan, tidak...cukuplah aku saja sendiri. biarlah ia hidup sederhana Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti... GUNARTO Coba Menghibur IbuTapi kalau bisa kedua-duanya sekaligus,Bu? Ada harta ada budi. I B UDimanalah dicari,Narto? Adik kau Mintarsih hanyalah seorang gadis biasa. Apalagi sekarang ini keadaan kita susah? Kita tidak punya uang dirumah? Sebentar hari lagi uang simpananku yang terakhirpun akan habis pula. GUNARTO Diam Berfikir, Kemudian KesalSemua ini adalah karena ulah Ayah! Hingga Mintarsih harus menderita pula! Sejak kecil Mintarsih sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Tapi kita harus mengatasi kesulitan ini,Bu! Harus! Ini kewajibanku sebagai abangnya, aku harus lebih keras lagi berusaha! Hening Sejenak Pause. Lalu Bicara Kepada Dirinya Sendiri Kalau saja aku punya uang sejuta saja.... I B UBuat perkawinan Mintarsih, lima ratus ribu rupiah saja sudah cukup,Narto.Ibu Coba TersenyumSesudah Mintarsih nanti, datanglah giliranmu Narto... GUNARTO KagetAku kawin,Bu?? Belum bisa aku memikirkan kesenangan untuk diriku sendiri sekarang ini, Bu. Sebelum saudara-saudaraku senang dan Ibu ikut mengecap kebahagiaan atas jerih payahku nanti BEDUG DAN TAKBIR TERDENGAR LEBIH KERAS SEDIKIT. I B UAku sudah merasa bahagia kalau kau bahagia, Narto. Karena nasibku bersuami tidak baik benar.Kembali Fikirannya MenerawangDan kata orang bahagia itu akan turun kepada anaknya. Pause Lalu Terdengar Suara Bedug Takbir Lebih Keras Lagi. Ibu Mulai Bicara Lagi Malam hari raya sewaktu ia pergi itu, tak tahu aku apa yang mesti aku kerjakan? Tetapi ....KEMBALI SEDIH DAN HARU GUNARTO Tampak Kesal Lalu Mengalihkan PembicaraanMaimun lambat benar pulang hari ini, Bu? I B UBarangkali banyak yang harus dikerjakannya? Karena katanya mungkin bulan depan dia naik gaji. GUNARTOBetul bu itu? Maimun memang pintar, otaknya encer. Tapi karena kita tak punya uang kita tak bisa membiayai sekolahnya lebih lanjut lagi. Tapi kalau ia mau bekerja keras, tentu ia akan menjadi orang yang berharga di masyarakat! I B U Agak MengodaNarto...siapa gadis yang sering ku lihat bersepeda bersamamu? GUNARTO Kaget. GugupAh...dia itu cuma teman sekerja, Bu. I B UTapi Ibu rasa pantas sekali dia buat kau, Narto. Meskipun Ibu rasa dia bukanlah orang yang rendah seperti kita derajatnya. Tapi kalau kau suka .... GUNARTO Memotong Bicara IbuAh... buat apa memikirkan kawin sekarang, Bu? Mungkin kalau sepuluh tahun lagi nanti kalau sudah beres. I B UTapi kalau Mintarsih nanti sudah kawin, kau mesti juga Narto? Kau kan lebih tua.Diam Sebentar Lalu TerkenangWaktu Ayahmu pergi pada malam hari raya itu... ku peluk kalian anak-anakku semuanya.. hilang akalku.... GUNARTOSudahlah Bu. Buat apa mengulang kaji lama? MASUK MAIMUN. DIA TAMPAK KELIHATAN SENANG. MAIMUN Setelah Meletakkan Tas Kerjanya Lalu BicaraLama menunggu, Bu? Bang? GUNARTOAh tidak... I B UAgak lambat hari ini, Mun? Dimana kau berbuka puasa tadi? MAIMUNKerja lembur, Bu. Tadi aku berbuka puasa bersama teman dikantor. Tapi biarlah, buat perkawinan Mintarsih nanti. Eh, mana dia Bu? I B UMengantarkan jahitan.. MAIMUN Menghampiri Gunarto Lalu Duduk DisebelahnyaBang, ada kabar aneh, nih! Tadi pagi aku berjumpa dengan seorang tua yang serupa benar dengan Ayah? GUNARTO Tampak Tak Terlalu MendengarkanOh, begitu? MAIMUNWaktu Pak Tirto berbelanja disentral, tiba-tiba ia berhadapan dengan seorang tua kira-kira berumur enam puluh tahun. Ia kaget juga?! Karena orang tua itu seperti yang pernah dikenalnya? Katanya orang tua itu serupa benar dengan Raden Saleh. Tapi kemudian orang itu menyingkirkan diri lalu menghilang dikerumunan orang banyak! GUNARTOAh, tidak mungkin dia ada disini.... I B U Setelah Diam SebentarAku kira juga dia sudah meninggal dunia atau keluar negeri. Sudah dua puluh tahun semenjak dia pergi pada malam hari raya seperti ini. MAIMUNAda orang mengatakan dia ada Singapur, Bu? I B UTapi itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu kata orang dia mempunyai toko yang sangat besar disana. Dan kata orang juga yang pernah melihat, hidupnya sangat mewah. GUNARTO KesalYa! Tapi anaknya makan lumpur! I B U Seperti Tidak Mendengar GunartoTapi kemudian tak ada lagi sama sekali kabar apapun tentang Ayahmu. Apalagi sesudah perang sekarang ini, dimana kita dapat bertanya? MAIMUNBagaimana rupa Ayah yang sebenarnya, Bu? I B UWaktu ia masih muda, ia tak suka belajar. Tidak seperti kau. Ia lebih suka berfoya-foya. Ayahmu pada masa itu sangat disegani orang. Ia suka meminjamkan uang kesana kemari. Dan itulah.... GUNARTO Kesal Lalu Mengalihkan PembicaraanSelama hari raya ini berapa hari kau libur, Mun? MAIMUNDua hari, Bang. I B UOh ya! Hampir lupa masih ada makanan yang belum Ibu taruh dimeja. IBU LALU MASUK KEDALAM GUNARTO Setelah Diam SebentarPak Tirto bertemu dengan orang tua itu kapan, Mun? MAIMUNKemarin sore, Bang. Kira-kira jam setengah tujuh. GUNARTOBagaimana pakaiannya? MAIMUNTak begitu bagus lagi katanya. Pakaiannya sudah compang-camping dan kopiahnya sudah hampir putih. GUNARTO Acuh SajaOh begitu? MAIMUNKau masih ingat rupa Ayah, Bang? GUNARTO CepatTidak ingat lagi aku. MAIMUNSemestinya abang ingat, karena umur abang waktu itu sudah delapan tahun. Sedangkan aku saja masih ingat, walaupun samar-samar. MAIMUN Agak KesalTidak ingat lagi aku. Sudah lama aku paksa diriku untuk melupakannya. MAIMUN Terus BicaraPak Tirto banyak cari tanya tentang Ayah. IBU KELUAR KEMBALI MEMBAWA MAKANAN LALU BERGABUNG LAGI DENGAN MEREKA. I B UYa, kata orang Ayahmu seorang yang baik hati. MENERAWANG Jika ia berada disini sekarang dirumah ini, besok hari raya, tentu ia bisa bersenang-senang dengan anak-anaknya... GUNARTO Mengalihkan PembicaraanEh, Mintarsih seharusnya sudah pulang sekarang.. jam berapa sekarang ini? MAIMUNBang Narto. Ada kabar aneh lagi nih! Tadi pagi aku berkenalan dengan orang India. Dia mengajarkan aku bahasa Urdu, dan aku memberikan pelajaran bahasa Indonesia kepada dia! GUNARTOBaguslah itu. Kau memang harus mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya. Supaya nanti kau dapat banggakan kalau kau bisa jadi orang yang sangat berguna bagi masyarakat! Jangan seperti aku ini, hanya lulusan sekolah rendah. Aku tidak pernah merasakan atau bisa lebih tinggi lagi, karena aku tidak punya Ayah. Tidak ada orang yang mau membantu aku. Tapi kau Maimun, yang sekolah cukup tinggi, bekerjalah sekuat tenagamu! Aku percaya kau pasti bisa memenuhi tuntutan zaman sekarang ini! MASUK MINTARSIH SEORANG ANAK GADIS YANG TAMPAK RIANG. IA MEMBAWA SESUATU YANG TAMPAKNYA UNTUK KEPERLUAN HARI RAYA BESOK. MINTARSIHAh.... sudah berbuka puasa semuanya? I B UTadi kami menunggu kau, tapi lama benar?Mintarsih Bergerak Mendekati Jendela Lalu Melongokkan Kepalanya Melihat KeluarMakanlah. Apa yang kau lihat diluar? MINTARSIHWaktu saya lewat disitu tadi...Menoleh Melihat Gunarto Yang Tampak Acuh SajaBang Narto... dengarlah dulu.. GUNARTO TenangYa, aku dengar. MINTARSIHAda orang tua diujung jalan ini. Dari jembatan sana melihat-lihat kearah rumah kita. Nampaknya seperti seorang pengemis. Semua DiaM Yah... kenapa semua jadi diam? GUNARTO TERTUNDUK MEMBISU MAIMUN Dengan CepatOrang tua?? bagaimana rupanya? MINTARSIHHari agak gelap. Jadi tidak begitu jelas kelihatannya... tapi orangnya.... TINGGI ATAU PENDEK TERGANTUNG PEMERAN. SUARA BEDUG AGAK KERAS TERDENGAR. MAIMUN Bangkit Dari Duduknya Lalu Melihat Ke JendelaCoba ku lihat! KEMUDIAN MAIMUN KELUAR TAK LAMA MASUK KEMBALI, LALU MELONGOKKAN KEPALANYA KE JENDELA LAGI GUNARTO Menoleh Sedikit Kepada MaimunSiapa Mun? MAIMUNTak ada orang kelihatannya?! DUDUK KEMBALI I B U tampak sedihMalam hari raya seperti ini ia berlalu dulu itu... Terkenang Mungkin .... GUNARTO agak kesalAh Bu, lupakan sajalah apa yang sudah berlalu itu. SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN TERDENGAR AGAK JELAS KETIKA SUASANA HENING, SAMBIL MENUNGGU DIALOG. I B UWaktu kami masih sama-sama muda, kami sangat berkasih-kasihan. Sejelek-jelek Ayahmu, banyak juga kenangan-kenangan di masa itu yang tak dapat Ibu lupakan. Nak, mungkin ia kembali juga? SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN MAKIN SAYUP-SAYUP LALU TERDENGAR SUARA ORANG MEMBERI SALAM DARI PINTU LUAR. R. SALEHAssalamualaikum, assalamualaikum... apa disini rumahnya Nyonya Saleh? I B UAstagfirullah! Seperti suara Ayahmu, nak? Ayahmu pulang, nak! IBU BERGERAK MENDEKATI PINTU RUMAH LALU MEMBUKA PINTU LEBIH LEBAR. DAN NAMPAK RADEN SALEH BERDIRI DIHADAPANNYA. SUASANA JADI HENING TIBA-TIBA. HANYA TERDENGAR SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN YANG SAYUP-SAYUP NAMUN JELAS TERDENGAR. R. SALEH setelah lama berpandanganTina? Engkau Tina?? I B U agak gugupSaleh? Engkau Saleh?? Engkau banyak berubah, Saleh. R. SALEH tersenyum maluYa. Ya aku berubah, Tina. Dua puluh tahun perceraian merubah wajahku.KEMUDIAN MEMANDANGI ANAK-ANAKNYA SATU PERSATUDan ini tentunya anak-anak kita semua? I B UYa, memang ini adalah anak-anakmu semua. Sudah lebih besar dari Ayahnya. Mari duduk, dan pandangilah mereka... R. SALEH raguApa? Aku boleh duduk, Tina? MINTARSIH MENARIK KURSI UNTUK MEMPERSILAHKAN RADEN SALEH DUDUK. I B UTentu saja boleh. Mari....Menuntun raden saleh sampai ke kursiAyahmu pulang, Nak. MAIMUN gembira lalu berlutut dihadapan raden salehAyah, aku Maimun. R. SALEHMaimun? Engkau sudah besar sekarang, Nak. Waktu aku pergi dulu, engkau masih kecil sekali. Kakimu masih lemah, belum dapat berdiri.Diam sebentar lalu melihat mintarsihDan Nona ini, siapa? MINTARSIHSaya Mintarsih, Ayah. LALU MENCIUM TANGAN AYAHNYA R. SALEHYa, ya... Mintarsih. Aku dengardari jauh bahwa aku mendapat seorang anak lagi. Seorang putri.Memandang wajah mintarsihEngkau cantik, Mintarsih. Seperti Ibumu dimasa muda.Ibu tersipu maluAku senang sekali. Tak tahu apa yang harus ku lakukan? I B UAku sendiri tidak tahu dimana aku harus memulai berbicara? Anak-anak semuanya sudah besar seperti ini. Aku kira inilah bahagia yang paling besar. R. SALEH tersenyum pahitYa, rupanya anak-anak dapat juga besar walaupun tidak dengan Ayahnya. I B UMereka semua sudah jadi orang pandai sekarang. Gunarto bekerja diperusahaan tenun. Dan Maimun tak pernah tinggal kelas selama bersekolah. Tiap kali keluar sebagai yang pertama dalam ujian. Sekarang mereka sudah mempunyai penghasilan masing-masing. Dan Mintarsih dia ini membantu aku menjahit. MINTARSIH maluAh, Ibu. R. SALEH sambil batuk-batukSepuluh tahun aku menjadi seorang saudagar besar disingapur. Aku menjadi kepala perusahaan dengan pegawai berpuluh-puluh orang. Tapi malang bagiku, toko itu habis terbakar. Lalu seolah-olah seperti masih belum puas menyeret aku kelembah kehancuran, saham-saham yang ku beli merosot semua nilainya sehabis perang ini. Sesudah itu semua segala yang kukerjakan tak ada lagi yang sempurna. Sementara aku sudah mulai tua. lalu tempat tinggalku, keluargaku, anak isteriku tergambar kembali didepan mata dan jiwaku. Kalian seperti mengharapkan kasihku. Batuk-batuk. Lalu memandang gunarto Maukah engkau memberikan air segelas buat ku Gunarto? Hanya engkau yang tidak.... I B U gelisah serba salahNarto, Ayahmu yang berbicara itu. Mestinya engkau gembira, nak. Sudah semestinya Ayah berjumpa kembali dengan anak-anaknya yang sudah sekian lama tidak bertemu. R. SALEHKalau Narto tak mau, engkaulah Maimun. Maukah kau memberikan Ayah air segelas? MAIMUNBaik, Ayah. MAIMUN BERGERAK HENDAK MENGAMBILKAN AIR MINUM, TAPI NIATNYA TERHENTI OLEH TEGURAN KERAS GUNARTO. GUNARTOMaimun! Kapan kau mempunyai seorang Ayah! I B UGunarto!SEDIH, GELISAH DAN MULAI MENANGIS GUNARTO bicara perlahan tapi pahitKami tidak mempunyai Ayah, Bu. Kapan kami mempunyai seorang Ayah? I B U agak keras tapi tertahanGunarto! Apa katamu itu! GUNARTOKami tidak mempunyai seorang Ayah kataku. Kalau kami mempunyai Ayah, lalu apa perlunya kami membanting tulang selama ini? Jadi budak orang! Waktu aku berumur delapan tahun, aku dan Ibu hampir saja terjun kedalam laut, untung Ibu cepat sadar. Dan jika kami mempunyai Ayah, lalu apa perlunya aku menjadi anak suruhan waktu aku berumur sepuluh tahun? Kami tidak mempunyai seorang Ayah. Kami besar dalam keadaan sengsara. Rasa gembira didalam hati sedikitpun tidak ada. Dan kau Maimun,. Lupakah engkau waktu menangis disekolah rendah dulu? Karena kau tidak bisa membeli kelereng seperti kawan-kawanmu yang lain. Dan kau pergi kesekolah dengan pakaian yang sudah robek dan tambalan sana-sini? Itu semua terjadi karena kita tidak mempunyai seorang Ayah! Kalau kita punya seorang Ayah, lalu kenapa hidup kita melarat selama ini! IBU DAN MINTARSIH MULAI MENANGIS DAN MAIMUN MERASA SEDIH. MAIMUNTapi bang, Narto. Ibu saja sudah memaafkannya. Kenapa kita tidak? GUNARTO sikapnya dingin, namun kerasIbu seorang perempuan. Waktu aku kecil dulu, aku pernah menangis dipangkuan Ibu karena lapar, dingin dan penyakitan, dan Ibu selalu bilang “Ini semua adalah kesalahan Ayahmu, Ayahmu yang harus disalahkan.” Lalu kemudian aku jadi budak suruhan orang! Dan Ibu jadi babu mencuci pakaian kotor orang lain! Tapi aku berusaha bekerja sekuat tenagaku! Aku buktikan kalau aku dapat memberi makan keluargaku! Aku berteriak kepada dunia, aku tidak butuh pertolongan orang lain! Yah.. orang yang meninggalkan anak dan isterinya dalam keadaan sengsara. Tapi aku sanggup menjadi orang yang berharga, meskipun aku tidak mengenal kasih sayang seorarng ayah! Waktu aku berumur delapan belas tahun, tak lain yang selalu terbayang dan terlihat diruang mataku hanya gambaran Ayahku yang telah sesat! Ia melarikan diri dengan seorang perempuan asing yang lalu menyeretnya kedalam lembah kedurjanaan! Lupa ia kepada anak dan isterinya! Juga lupa ia kepada kewajibannya karena nafsunya telah membawanya kepintu neraka! Hutangnya yang ditinggalkan kepada kita bertimbun-timbun! Sampai-sampai buku tabunganku yang disimpan oleh Ibu ikut hilang juga bersama Ayah yang minggat itu! Yah, masa kecil kita sungguh-sungguh sangat tersiksa. Maka jika memang kita mempunyai Ayah, maka Ayah itulah musuhku yang sebesar-besarnya!! I B UGunarto! MINTARSIH DAN IBU MENANGIS MAIMUNBang! MINTARSIHBang! KALAU MUNGKIN DIALOG MEREKA BERTIGA TADI DIUCAPKAN BERBARENGAN MAIMUN dengan suara agak sedihTapi, Bang. Lihat Ayah sudah seperti ini sekarang. Ia sudah tua bang Narto. GUNARTOMaimun, sering benar kau ucapkan kalimat “Ayah” kepada orang yang tidak berarti ini? Cuma karena ada seorang tua yang masuk kerumah ini dan ia mengatakan kalau ia Ayah kita, lalu kau sebut pula ia Ayah kita? Padahal dia tidak kita kenal. Sama sekali tidak Maimun. Coba kau perhatikan apakah kau benar-benar bisa merasakan kalau kau sedang berhadapan dengan Ayah mu? MAIMUNBang Narto, kita adalah darah dagingnya. Bagaimanapun buruknya kelakuan dia kita tetap anaknya yang harus merawatnya. GUNARTOJadi maksudmu ini adalah kewajiban kita? Sesudah ia melepaskan hawa nafsunya dimana-mana, lalu sekarang ia kembali lagi kesini karena sudah tua dan kita harus memeliharanya? Huh, enak betul! I B U bingung, serba-salahGunarto, sampai hati benar kau berkata begitu terhadap Ayahmu. Ayah kandungmu. GUNARTO cepatAyah kandung? Memang Gunarto yang dulu pernah punya Ayah, tapi dia sudah meninggal dunia dua puluh tahun yang lalu. Dan Gunarto yang sekarang adalah Gunarto yang dibentuk oleh Gunarto sendiri! aku tidak pernah berhutang budi kepada siapapun diatas dunia ini. Aku merdeka, semerdeka merdekanya, Bu! SUARA BEDUG DAN TAKBIR BERSAHUT-SAHUTAN DIIRINGI SUARA TANGIS IBU DAN MINTARSIH. R. SALEH diantara batuknyaAku memang berdosa dulu itu. Aku mengaku. Dan itulah sebabnya aku kembali pada hari ini. Pada hari tuaku untuk memperbaiki kesalahan dan dosaku. Tapi ternyata sekarang.... yah, benar katamu Narto. Aku seorang tua dan aku tidak bermaksud untuk mendorong-dorongkan diri agar diterima dimana tempat yang aku tidak dikehendaki. Berfikir,sementara maimun tertunduk diam dan mintarsih menangis dipelukan ibunya Baiklah aku akan pergi. Tapi tahukah kau Narto, bagaimana sedih rasa hatiku. Aku yang pernah dihormati, orang kaya yang memiliki uang berjuta-juta banyaknya, sekarang diusir sebagai pengemis oleh seorang anak kandungnya sendiri.... tapi biarlah sedalam apapun aku terjerumus kedalam kesengsaraan, aku tidak akan mengganggu kalian lagi.BERDIRI HENDAK PERGI, TETAP BATUK-BATUK MAIMUN menahanTunggu dulu, Ayah! Jika Bang Narto tidak mau menerima Ayah, akulah yang menerima Ayah. Aku tidak perduli apa yang terjadi! GUNARTOMaimun! Apa pernah kau menerima pertolongan dari orang tua seperti ini? Aku pernah menerima tamparan dan tendangan juga pukulan dari dia dulu! Tapi sebiji djarahpun, tak pernah aku menerima apa-apa dari dia! MAIMUNJangan begitu keras, Bang Narto. GUNARTO marah, dengan cepatJangan kau membela dia! Ingat, siapa yang membesarkan kau! Kau lupa! Akulah yang membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai kuli dan kacung suruhan! Ayahmu yang sebenar-benarnya adalah aku! MINTARSIHEngkau menyakiti hati Ibu, Bang.SAMBIL TERSEDU-SEDU GUNARTOKau ikut pula membela-bela dia! Sedangkan untuk kau, aku juga yang bertindak menjadi Ayahmu selama ini! Baiklah, peliharalah orang itu jika memang kalian cinta kepadanya! Mungkin kau tidak merasakan dulu pahit getirnya hidup karena kita tidak punya seorang Ayah. Tapi sudahlah, demi kebahagiaan saudara-saudaraku, jangan sampai menderita seperti aku ini. IBU DAN MINTARSIH TERUS MENANGIS. SEMENTARA MAIMUN DIAM KAKU. SUARA BEDUG DAN TAKBIR TERUS BERSAHUT-SAHUTAN. LALU TERDENGAR SUARA GEMURUH PETIR DAN HUJANPUN TURUN. R. SALEHAku mengerti... bagiku tidak ada jalan untuk kembali. Jika aku kembali aku hanya mengganggu kedamaian dan kebahagiaan anakku saja. Biarlah aku pergi. Inilah jalan yang terbaik. Tidak ada jalan untuk kembali. RADEN SALEH BERGERAK PERLAHAN SAMBIL BATUK-BATUK, SEMENTARA MAIMUN MENGIKUTI DARI BELAKANG. MAIMUNAyah, apa Ayah punya uang? Ayah sudah makan? MINTARSIH dengan air mata tangisanKemana Ayah akan pergi sekarang? R. SALEHTepi jalan atau dalam sungai. Aku cuma seorang pengemis sekarang. Seharusnya memang aku malu untuk masuk kedalam rumah ini yang kutinggalkan dulu. Aku sudah tua lemah dan sadar, langkahku terayun kembali. Yah, sudah tiga hari aku berdiri didepan sana, tapi aku malu tak sanggup sebenarnya untuk masuk kesini. Aku sudah tua, dan .... RADEN SALEH MEMANDANGI ANAK-ANAKNYA SATU PERSATU LALU KELUAR DENGAN PERLAHAN SAMBIL BATUK-BATUK. BERJALAN LEMAH DIIRINGI SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN YANG SAYUP-SAYUP MASIH TERDENGAR, SEMENTARA HUJAN MULAI TURUN DENGAN DERAS. I B U sambil menangisMalam hari raya dia pergi dan datang untuk pergi kembali. Seperti gelombang yang dimainkan oleh angin topan. Demikianlah nasib Ibu, Nak. MINTARSIH sambil menangis menghampiri gunarto, lalu bergerak kedekat jendelaBang.... bagaimanakah Abang? Tidak dapatkah Abang memaafkan Ayah? Besok hari raya, sudah semestinya kita saling memaafkan. Abang tidak kasihan? Kemana dia akan pergi setua itu? HUJAN SEMAKIN DERAS. MAIMUN kesalTidak ada rasa belas kasihan. Tidak ada rasa tanggung jawab terhadap adik-adiknya yang tidak berAyah lagi. MINTARSIHDalam hujan lebat seperti ini, Abang suruh dia pergi. Dia Ayah kita Bang. Ayah kita sendiri! GUNARTO memandang adiknyaJanganlah kalian lihat aku sebagai terdakwa. Mengapa kalian menyalahkan aku saja? Aku sudah hilangkan semua rasa itu! Sekarang kalian harus pilih, dia atau aku!! MAIMUN tiba-tiba bangkit marahnyaTidak! Aku akan panggil kembali Ayahku pulang! Aku tidak perduli apa yang Abang mau lakukan? Kalau perlu bunuh saja aku kalau Abang mau! Aku akan panggil Ayahku! Ayahku pulang! Ayahku mesti pulang! MAIMUN LARI KELUAR RUMAH. SEMENTARA HUJAN MAKIN LEBAT DIIRINGI SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN SAYUP-SAYUP TERDENGAR. GUNARTOMaimun kembali! GUNARTO CEPAT HENDAK MENYUSUL MAIMUN TAPI TIDAK JADI LALU PERLAHAN-LAHAN DUDUK KEMBALI. IBU DAN MINTARSIH MENANGIS. SUASANA HENING SEJENAK HANYA TERDENGAR SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN SERTA GEMURUH HUJAN. TAK BERAPA LAMA TAMPAK MAIMUN MASUK KEMBALI. NAMUN IA HANYA MEMBAWA PAKAIAN DAN KOPIAH AYAHNYA SAJA. MAIMUN KELIHATAN MENANGIS. MINTARSIHMana Ayah, Bang? I B UMana Ayahmu? MAIMUNTidak aku lihat. Hanya kopiah dan bajunya saja yang kudapati.... GUNARTOMaimun, dimana kau dapatkan baju dan kopiah itu? MAIMUNDibawah lampu dekat jembatan... GUNARTOLalu Ayah? Bagaimana dengan Ayah? Dimana Ayah? MAIMUNAku tidak tahu.... GUNARTO kaget. SadarJadi, jadi Ayah meloncat kedalam sungai!! I B U menjeritGunarto....!!! GUNARTO berbicara sendiri sambil memeggang pakaian dan kopiah ayahnya. Tampak menyesalDia tak tahan menerima penghinaan dariku. Dia yang biasa dihormati orang, dan dia yang angkuh, yah, angkuh seperti diriku juga.... Ayahku. Aku telah membunuh Ayahku. Ayahku sendiri. Ayahku pulang, Ayahku pulang...... GUNARTO BERTERIAK MEMANGGIL-MANGGIL AYAHNYA LALU LARI KELUAR RUMAH DAN TERUS BERTERIAK-TERIAK SEPERTI ORANG GILA. IBU MINTARSIH DAN MAIMUN BERBARENGAN BERTERIAK MEMANGGIL GUNARTO “GUNARTO....!!” SUARA BEDUG BERSAHUT-SAHUTAN DIIRINGI TAKBIR. SEMENTARA HUJAN MASIH SAJA TURUN DENGAN DERASNYA. LAMPU PANGGUNG PERLAHAN-LAHAN MATI LALU LAYAR TURUN. *****S E L E S A I*****
Skrip Telah Dipentaskan Nama2 Partisan "Aku vs Ayahku" Seri Marita Sari Wike Arniyar Citra Keefektifan Yadmy Lian Anjas A Kanawadu Marlina J Anaci Lamu Ending E Ledoh Maya E E Buce F H Ira Yudhitia 1. Judul Cerita "Aku vs Ayahku" 2. Pengerahan Bimbingan Produksi Drs. Heru Subrata, Sutradara Binar Marita Ekstrak Asisten Sutradara Citra Kurnia Sari Sekretaris Wike Arniar Sari Bendahara Maya E Benu Penata Panggung Ulas yuditya Penata Rias & Busana Marlina Penata Musik Anjas Kanawadu 3. Tokoh 1. Citra Kurnia Sari seumpama Marni Buce F Henuk sebagai Marjuki Yadmi lian sebagai Anto Wike Arniar konsentrat sebagai Cepi Anaci Lamu seumpama Irna Marlina sebagai Audi Abstrak E Benu sebagai Lala Ira Yuditya misal Bu Wiwik Endang E laksana Narator 4. Konsep narasi Konsep cerita dalam " Aku vs Ayahku" yakni kisah drama akil balig yang mencitrakan sebuah cerita yang sering ditemui di selingkung kita hanya diselingi dengan elemen-anasir komedi sehingga tidak terasa membosankan bagi penikmat drama. Kisahan ini adalah cerita yang kami ambil dari keseleo suatu naskah Kepribadian Ros yang berjudul sekelas "Aku vs Ayahku" 5. Synopsis cerita Kisah tentang sekelamin anak remaja yang ganti terpesona, namun cinta mereka ditolak maka dari itu ayah si perempun marjuki. Marni yang merasa tidak adil dengan sikap pemberontakan si ayah, bagak kerjakan kabur dari rumah, semua temannya berusaha lakukan membujuknya. Namun si anto ibarat tabo mari pula merasa terbang semangat menghadapi ayah si marni…… Akankah kisa in I berakir indah, mari kita saksikan ….!!!! 6. Konsep tempat Kisahan ini terdiri bermula 5 babak. Babak permulaan dan ke dua adalah auditorium sekolah dan penggalan ke tiga dan empat yaitu sebuah taman, babak ke panca yakni di rumah marjuki dan marni. Konsep panggung ini dibuat terlambat tetapi dapat mengambil alih dengan jelas jalan cerita nan ditampilkan. Pada babak mula-mula dan ke dua setting panggung adalah aula sekolah. Di atas penggung terletak 5 biji pelir geta ringkas 2 buah tamanam dalan jambang 1 buah papan sterofom bertuliskan balairung Pada putaran ke tiga dan catur di sebuah taman. Setting yaitu yang terdiri berbunga 1 biji pelir bangku tangga Beberapa tanaman internal pot Lega babak ke lima, setingnya ialah sebuah ruang tamu di rumah marjuki dan marni, terdiri berusul 3 buah takhta santai 1 buah meja tamu Lukisan yang tersebar di dinding dan tegel ruang tamu 7. Konsep busana Marni Mengaryakan kaos, bawahan serawal jeans, dan jaket Anto Mempekerjakan pakaian seragam sekolah, dan berganti dengan superior kaos Marjuki Memakai kemeja lengan pendek, serawal panjang dan peci Cepi Mempekerjakan seragam pramuka dan akan diganti atasannya dengan kaos Irna, lala, audi Memakai pakaian seragam pramuka, dan nanti akan berpaling pakaian biasa, berupa kaos dan seluar, juga membawa sampur Ibu wiwik, pakaian batik dan mengaryakan sampur 8. Penokohan Marni Kreativ, namun keras kepala, pendiriannya lestari dan mudah meresan, saying kepada teman-temannya. Marjuki Wataknya keras, sangat saying terhadap anaknnya dan mengarah protektif, wajahnya tampak berangasan hanya sebenarnya sering terhadap batih Anto Lumat sikapnya, mudah putus asa, merentang cacat diri, pendirian awet, badannya pangkat dan lain plus gemuk. Cepi Nona periang, suka menolong teman, cerdas dan lucu. Badannya tidak terlalu tingkatan dan agak gemuk Irna Subtil sikapnya dan panjang usus, pangkat, tahir Audi Sabar, penyayang dan taksir centil, jenjang tubuh semenjana Lala Sabar pemurah, dan lembut. 9. Konsep musik Music diiringi dengan alat music gitar, dan mainan kentingan, serta music recaman sebagai backsound. Naskah GO NG DUA KALI BERBUNYI. 1 NARATOR Selamat malam semua, Selamat cak bertengger … Apa informasi ?. Malam ini kami akan merinaikan lakon berjudul Aku versus Ayah, lakon yang sederhana tapi seru. Seru di sini enggak saja ramai, tapi punya kelebihan lain, merupakan Tekor Ruwet. Ini lakon tentang pertentangan anak taruna dan orang tua, pertentangan pop dan klasik, tali peranti dan modern. Balasan yang sebetulnya bukan perlu terserah. Tapi begitulah, nyatanya perbantahan semacam ini gelojoh ada, berusul musim ke perian. Dan gara-gara pertentangan ini, kita semua pelalah kesuntukan waktu. Cinta, kata turunan bisa menjadi jawaban semua masalah. Tapi kerumahtanggaan kasus ini, rajin mengakibatkan banyak ki kesulitan. Kenung BERBUNYI SEKALI PROLOG 2 NARATOR Drama remaja adapun kisah cinta Sang Marni, dia terpenggal hati melulu. Karena setiap kali Marni runtuh cinta, atau ada pemuda runtuh selalu padanya, babenya kelongsong Marjuki selalu melarang. Dan anehnya, sang babe selalu memiliki alasan yang sama aku sayang sama kamu NAK, jadi aku harus menjagamu. Gile, memangnya burung laut itu kejahatan. Ataupun jangan-jangan babe si Marni ngidam jadi sekuriti. Entahlah. Marjuki, kerumahtanggaan lakon ini mempunyai tugas bak pelopor lawan alias sang jahat. Internal hidup riil, orang tua seperti Marjuki, tidak dapat begitu. Orang tua harus ngemong anak asuh. Harus mengerti kehausan anak. Betapa larang. Lebih-lebih dalam urusan cinta. Ingin tahu segala apa yang terjadi dengan kisah cinta Marni? Saksikanlah! Penggalan Suatu ADEGAN SATU AULA SEBUAH SMU. SIANG . PARA SISWI / SISWA SEDANG ESKUL Ibing. MEREKA BERGERAK TANPA PENGHAYATAN. IBU WIWIK MEMBERI PENGARAHAN. 3 IBU WIWIK Coba perhatikan semua. Irna, Audi, Lala, semua mati habis sebentar. SETELAH SEMUA TENAN G Perhatikan ya. Ibing itu bukan asal bergerak. Tapi bergeraklah dengan perasaan, dengan emosi atau greget. Sonder dibarengi pikiran, tarian kalian tak akan menggelandang. Campah, kosong. Seperti robot! Dan penonton akan cepat bosan, lalu pulang. Menyedihkan. Tontonan yang ditinggalkan penonton sebelum waktunya yaitu pementasan nan sangat menyedihkan. Sekarang coba lagi dari awal. Coba pakai musik. Ibu mau ke toilet. Irna, pimpin teman-rival, ya. Pergi 4 IRNA Baik, bu. Marilah, teman-dagi. Sambil ya ? 5 LALA Istirahat dulu dong. 6 AUDI Heeh, BT nih. 7 YANG LAIN Ya. Pegel sekali lagi ya ? 8 AUDI Jadi nyesel milih tari tradisi. Mana gerakannya lambaaattt… jawa banget deh! 9 Nan Tak Beledi … 10 IRNA Siapa nan dulu ngotot milih tari leluri ? 11 AUDI Eh, enggak gue lagi. Keputusan bersama cerek ? 12 LALA Ya. Tapi provokatornya kamu. Lala sejumlah modern dance aja. eh, beliau ngotot. 13 AUDI Gara-gara ibuku juga sih. Adat istiadat, tradisi aja, supaya ia kenal tradisi. Tahunya pegeeelll. Gerakannya lambaaatttt … pantes Marni nggak kepingin turut. 14 IRNA Eh, iya. Jadi inget Marni. Dia belum turut sekolah kembali, dia masih dalam tahun unjuk rasa setolok bapaknya ya, gara-gara dilarang pacaran sama si Anto? Tapi, ini teko telah seminggu dia nggak masuk sekolah. Masa' anda nggak ribang sekelas kita. 15 AUDI Memang Kasian Si Marni, Kudung hati melulu. Bayangkan saja, Setiap bisa jadi Marni merosot cinta, alias kembali dicintai sama orang, pasti bapaknya melarang. 16 IRNA Iya. Kiranya namun Kelongsong Marjuki kali ini sadar jika tindakannya itu riuk. Soalnya Marni itu orangnya gigih, kalau begitu juga ini terus bisa-bisa Marni kaprikornus dakar. MARNI MENDADAK Muncul 17 MARNI Heh, latihan yang bener. Jangan mengeluh. Jangan ngerumpi teruss.. 18 SEMUA Eh, udah nongol aja dia. 19 LALA Heh, katanya masih mandek sekolah. Kok nongol? 20 MARNI Aku cuma mampir, habis beli cat. 21 AUDI Mau ngecat rumah? Wah, mau hajatan rupanya? Orang tua Anto mau melamar? 22 MARNI Gila ! Tapi betul tandingan-teman, aku punya hajatan. Kalian harus datang, ya? Antitesis-lawan, sepertinya aku akan menyingkir. 23 LALA Mau pergi kemana? 24 MARNI Jauhh.. 25 AUDI Iya, tapi kemana? 26 MARNI Ke asing negeri. 27 LALA Ngapain anda disana? 28 MARNI Bintang sartan TKI. 29 LALA Kamu sungguh-sungguh kesatria Marni. 30 IRNA Kenapa berangkat-tiba pergi? Demonstrasi juga sebanding ayahmu ya? Kaprikornus ini acara hajatan buat perpecahan kamu ke luar kewedanan? 31 MARNI Mmhh.. cak semau dehh.. Rahasia! Pokoknya nomplok sajalah. 32 IRNA Acara apa dong, yang jelas? 33 MARNI Menclok saja, terpangkal seru. Ini acara kejutan, kaprikornus sengaja bukan pakai penjelasan. Cak bertengger dan bawa makanan barang apa sahaja, kue kek, rujak kek. Apa semata-mata, soalnya aku nggak senggang masak. Kabarkan ke nan lain ya? Dah .. PERGI 34 AUDI Acara segala apa sih ? 35 SEMUA Mana tahu. SEMUA KELUAR Panggung, ANTO Masuk SENDIRIAN Serentak Mericau LAMPU BERUBAH BABAK 2 Bagian Suatu DI Balairung SEBUAH SEKOLAH . SIANG. ANTO SENDIRIAN, HATINYA GUNDAH. 36 ANTO MENYANYI Bukan ku menunda mu, bagi mencintaimu… Kau harus adv pernah siapa diriku… Aku merasa … orang termiskin di dunia … Yang munjung derita… bermandikan air mata… itulah hidupku ku katakan padamu, agar beliau senggang siapa diriku… CEPI, Cak bertengger DIAM-DIAM. NIMBRUNG NYANYI Kau orang kaya, aku orang bukan memiliki… 37 CEPI Melagu Siapa sangka, cinta marni buat terpotong hati pelahap marni dilarang selongsong marjuki 38 ANTO Setan ia ! 39 CEPI Tenang sekutu, sirep. Minta senyap. Semua aman terkendali, karena suka-suka Cepi. Kamu ingat teko ? Bayu, Agus, Edo, Tyas, Audi, Lala, Irna, semua pernah n kepunyaan ki kesulitan internal urusan cinta. Tapi begitu Cepi cak bertengger, semua masalah selesai. Jadi harap sabar, hening. 40 ANTO Memang bisa jadi yang bersinggungan ? 41 CEPI Sekarang aku semenjana berpikir, bagaimana supaya ayah Marni bisa mengakui engkau. Tapi sebelumnya dengar kataku. Ini penting dan terbiasa diketahui semua individu. Ini mantra kuno, tapi mujarab. Sayang insan sering melenyapkan. Begini, privat hidup ini ada dua kejadian yang harus diingat sukses maupun gagal. Menang alias kalah. Untung atau buntung. Senang atau sedih. Bahagia ataupun sengsara. Dalam urusan cinta, lagi hanya terserah dua peluang diterima atau ditolak. Kaprikornus tenanglah. 42 ANTO Memang siapa yang ribut ? 43 CEPI Seandainya gelojoh diterima, kita memang bahagia. Tapi sebetulnya suka-suka sejuta resiko menunggu. Kamu harus apel setiap lilin lebah Pekan, harus datang tepat waktu, harus berpikir baju dan parfum segala apa yang pantas dipakai, punya uang saku, dan anugerah barang apa yang pantas diberikan sreg momen si anda merayakan ulang tahun. 44 ANTO Memang boleh jadi yang bikin resan begitu ? 45 CEPI Itu mentah tahap-tahap mulanya. Tahap berikutnya, kian repot. Beliau harus nomplok silaturahmi pada poyang-neneknya, sreg para om dan tentenya waktu mereka hajatan, harus datang hari sepupu-sepupu ia aliansi, atau ultah dan semacamnya. 46 ANTO Kali yang untuk sifat begitu ? 47 CEPI Pada tahap yang paling serius, waktu kamu sudah ikatan dengan dia misalnya, anda akan dibilang orang paling sombong internal keluarga mereka, belaka gara-gara tidak datang perian mereka bagi acara arisan keluarga. Bayangkan, arisan keluarga, acara paling melelapkan di manjapada pun anda harus nomplok. Itulah resiko jika demap kita diterima seorang gadis. Jadi ditolak, sebetulnya lebih bagus. ANTO TERTAWA 48 CEPI Kenapa tertawa ? 49 ANTO Kamu penyitir nan hebat. 50 CEPI Maksudnya ? 51 ANTO Beliau menyitir kancing " Enaknya Hidup Membujang " cerek ? 52 CEPI Kok sempat ? 53 ANTO Yang nulis rahasia itu pamanku. Aku sudah baca sebelum buku itu dicetak. Aku pikir cuma aku nan hafal luar kepala, ternyata kamu bertambah hafal sekali lagi. Kapan engkau baca anak kunci itu, tadi siang ya ? 54 CEPI Bukan. Tadi sebelum ke sini. 55 ANTO Pantes, hafal sampai tutul komanya. Tapi absolusi Cepi, aku bukan setuju dengan buku itu. Ogah aku jomblo seusia hayat. Aku tekun sayang sama Marni, dan kepingin suatu saat spirit bersamanya. Bisa tak boleh, harus bisa. Barang apa pun hambatan nan menghadang, akan kuterjang. Menghindari 56 CEPI Anto, tunggu. Anto ! Busyet, Romeo sekali. Gila tu si Anto. Megapmegap Cepet banget larinya. Seperti atlit lari sekadar. Mencari, Menyedang UNTUK MENYUSUL ANT O LAMPU BERUBAH Bagian DUA DI AULA SEBUAH SEKOLAH. SIANG. IRNA MEMBERI Adv pernah CEPI BERITA Adapun MARNI. TIBA-TIBA IRNA MASUK DENGAN TERGESA-GESA. 57 IRNA Heh Cepi! Kamu semenjana bukan sibuk kan? Aku mau berbicara serius. 58 CEPI Ada butir-butir barang apa Irna? Seperti mana ada peristiwa nan berarti. 59 IRNA Iya. Aku kemari dengan harapan berburu Anto untuk memberi tahu tentang Marni. 60 CEPI Marni kenapa? 61 IRNA Dia bilang mau ke luar wilayah bintang sartan TKI. 62 CEPI Apa bukan salah? Sira kan masih harus sekolah. 63 IRNA Entahlah. Marni itu bahaduri. Kata Marni, ini ibarat pelecok suatu kelanjutan bentuk protes plong ayahnya karena bukan mengijinkan anda cak berpacaran seimbang Anto. 64 CEPI Terus? 65 IRNA Sekarang Anto dimana? 66 CEPI Barusan semata-mata meninggalkan, tadi perian kamu kesini. 67 IRNA Yah.. padahal ini berita berfaedah 68 CEPI Ada-ada namun itu si Marni. Tapi aku salut terhadap perjuangannya bikin meluluhkan lever ayahnya. 69 IRNA Sangat masa ini kita harus bagaimana? 70 CEPI Mmmmhhhhh…. SAMBIL BERPIKIR Kapan Marni akan berangkat? 71 IRNA Aku juga rendah tahu. Tapi, dia sejumlah secepatnya. 72 CEPI Kita harus cepat mencegah engkau kerjakan pergi. Anto juga harus cepat diberi tahu. Segala Anto mutakadim sempat tentang berita ini? 73 IRNA Entahlah Cepi. Aku lain nikah bertemu Anto. Sulit sekali buat bertemu dia. Kamu kan temannya, mengapa tidak beliau saja yang lamar plong Anto? 74 CEPI Iya. Akan kucoba menanyakannya. 75 IRNA Suntuk Marni bagaimana? 76 CEPI Mencegat Marni kiranya tidak meninggalkan adalah tugas engkau, Lala, dan Audi. Kalian kan teman dekat Marni. Bintang sartan, sedikit banyak kalian pasti tahu bagaimana sifat Marni. Darurat aku menangkap basah Anto. Aku akan mengepas mengajak engkau bersabda. 77 IRNA Baiklah. Aku akan memberi sempat teman-dagi yang bukan. PERGI MENINGGALKAN ANTO SENDIRIAN 78 CEPI Selamat berjuang! Aku akan memberi tahu Anto. ADEGAN TIGA SEBUAH AULA SEKOLAH ANTO SEDANG DIBUJUK CEPI UNTUK SEGERA Menemui MARNI . CEPI SEDANG DUDUK-DUDUK Koteng. LALU ANTO DATANG Menjangkiti. 79 ANTO Hei. Ada barang apa? Aku mohon ini terdepan. 80 CEPI Aku serius Anto. Kamu harus ke rumah Marni. Kamu akan menyesal kalau Marni keburu pergi. 81 ANTO Kalau memang mau pergi masa dia tidak kasih tahu aku ? 82 CEPI Mungkin belum sempat kasih tahu. 83 ANTO Dari mana kamu dapat berita itu ? 84 CEPI Irna, Audi, Lala, semua sudah lalu tahu. 85 ANTO Kalau dia sempat kasih tahu semua khalayak hari saya lain dikasih tahu ? 86 CEPI Mungkin belum sempat, maka dari itu nomplok biar senggang. Cari berita, jangan pasif. 87 ANTO Barangkali memang sengaja tidak mau kasih tahu. Telah lain peduli sama aku. 88 CEPI Aku tahu sifat Marni. Tidak mungkin sira begitu. 89 ANTO Nyatanya sira sedemikian itu. 90 CEPI Lain kali Anto. Aku berpengharapan ini soal masa. Mungkin sira menunggu hari yang tepat cak bagi bicara sederajat kamu. Kalian cerek lama tidak ganti cak bertemu. Biasanya engkau datang ke rumah Marni, sekarang tidak. Umumnya kalian perkembangan bareng, sekarang tidak. Marni kembali lama tidak masuk sekolah. 91 ANTO Memang tak dapat telpon ? 92 CEPI Telpon ke mana ? Beliau HP bukan ada, di flat jarang. 93 ANTO Jelas, ia sudah berubah. Tidak sayang aku lagi. 94 CEPI Berpangkal puas mengambil kesimpulan taajul dan salah, bertambah baik sira buru-buru ke rumah Marni dan semuanya bintang sartan jelas. Lain ada yang salah terima, tidak cak semau yang lindu hati. Ayo, kita ke sana. Aku siap menggauli. 95 ANTO Kalau ayahnya mengusik kita bagimana ? Aku trauma pernah diusir. 96 CEPI Diusir kita memencilkan. Dimarahi kita diam. Disuguhi kita makan. 97 ANTO Engkau dapat bilang sejenis itu, coba kamu jadi aku. 98 CEPI Kalau aku jadi dia, tidak akan ikatan diusir. Tambahan pula ayah Marni yang akan kubikin mencari-cari aku. 99 ANTO Bagaimana caranya ? 100 CEPI Anak gadisnya kita buntingin ! 101 ANTO Ngaco ! 102 CEPI Ayo berangkat. Ambil motormu dong. 103 ANTO Perkembangan kaki saja. Knalpotnya tambah bocor, berisik sekali. Ayah Marni paling benci mendengar bunyi motorku. 104 CEPI Ya telah. Ayo ! 105 ANTO Anda jalan di depan, aku di birit. 106 CEPI Aduh. Sedemikian itu amat. Seberapa trauma sih ? CEPI JALAN, ANTO Mengimak DI BELAKANGNYA 107 ANTO BERHENTI Tunggu Cepi. Bagaimana kalau Marni tidak mau menemui kita ? 108 CEPI Gampang, ingat hanya nasehat sendi " Enaknya Hidup Membujang ". Oke ? 109 ANTO Tidak. Makin baik aku pulang. Pergi 110 CEPI Ampun… Anto, Anto! Kenapa beliau jadi pengecut seperti itu sih? Anto! Ampuuunn. ANTO TERUS Jalan, CEPI MENGIKUTI LAMPU BERUBAH BABAK 3 Putaran Suatu Yojana SEKOLAH. Sore. MARNI DIBUJUK Padanan-TEMANNYA Meski JANGAN Pergi. INTRO MUSIK MARNI, IRNA, LALA, DAN AUDI Ikut PANGGUNG. 111 AUDI Jangan Marni, jangan menyingkir. Pergi tidak akan menuntaskan masalah. 112 IRNA Justru kamu akan bikin keburukan bau kencur. 113 LALA Jadi TKI itu tidak gampang Marni. Beliau akan banyak kesulitan. 114 IRNA Hendaknya ia segera masuk sekolah. Sebentar sekali lagi kita ujian, tahun depan kita harus kuliah. Lupakan keinginan konyol itu. 115 SEMUA Lupakan … Marni ! 116 MARNI Melagu aku harus pergi rumah tak pula memberiku kedamaian sebab aku dan ayah lain pernah sepaham cinta pemuda yang kudambakan sayang izin pecah genggaman 117 AUDI Bersabarlah, Marni. Kita masih banyak kesempatan. Waktu melanglang, sikap ayahmu tentu berubah. 118 IRNA Makhluk segolongan kita selalu diangap masih kanak-kanak. Dianggap belum waktunya pacaran. 119 LALA Memang menjengkelkan, tapi di mana-mana rajin begitu. 120 MARNI aku tak mau begitu periode depanku adalah milikku urusan besar perut harus kita yang menentukan 121 IRNA Tapi ayahmu bilang tidak melarangmu cak berpacaran. Dia hanya minta kamu memilih pemuda yang tepat, dan jangan setakat cak berpacaran mengganggu belajar. 122 MARNI itu setolok dengan melarang Ayahku malah jalinan mengusir Anto. Gara-garanya sangat sepele. Suara berisik knalpot penggagas Anto yang mencirit. Padahal ada banyak suara knalpot motor nan lebih berisik sangat di depan apartemen. Itu tidak independen. 123 AUDI Tapi semua inai-inai kita pernah terserah ki aib dengan orang tua kita. Semua pernah diperlakukan tidak adil. Asosiasi kalian pasti akan membaik. 124 MARNI Angkara harus diperjuangkan, serikat dagang. Sebab ia bukan cak bertengger berbunga langit. Hubungan boleh semata-mata membaik, tapi pasti suka-suka prinsip dan hak-hak yang dilanggar. Ada nan memperkuda dan tertindas. Dan itu bukan baik. 125 LALA Tapi kami tetap bukan rela ia meninggalkan Marni. Apa lagi menjauhi ke asing negeri untuk bintang sartan TKI. 126 IRNA Ya. Omonganmu yang pintar tadi membuktikan kamu tidak pantas jadi TKI. Ia harus hirap SMU dan kuliah. 127 MARNI Cak bertanya ke luar wilayah dan jadi TKI, kali aku memang radiks bicara. Yang jelas aku harus memencilkan dari rumah. Mana tahu itu protes yang mempan buat ayahku. 128 AUDI Itu lebih baik Marni. Sira bisa lampau di rumahku. Cak bertanya biaya sekolah, jangan kuatir. Ayahku pasti cak hendak tolong. 129 LALA Ayahku juga pasti cak hendak bantu. Tapi anda harus tinggal bergiliran di flat kami bertiga dong, supaya adil. 130 IRNA Ya. Aku sepakat. 131 AUDI Kalau kamu enggak ke luar kawasan, pacaran seimbang Anto taat berjalan lancar. Hidup backstreet ! 132 MARNI Tunggu. Kalian jangan riuk ngerti. Aku pergi dari rumah enggak cuma protes. Tapi sekali lagi bermaksud mandiri. Supaya aku tidak tergantung siapa-siapa. Biar aku merdeka menentukan masa depan. Tinggal di rumah kalian jelas enggak pilihan nan tepat. Aku loyal jadi tanggungan basyar. 133 AUDI Itu tidak masalah Marni. Kami kudrati membantumu. Itulah gunanya sahabat. 134 LALA Yang utama beliau taat bisa sekolah. 135 MARNI Privilese utamaku waktu ini cari kerja supaya bisa membelanjai hidupku sendiri. Sekolah aku pikirkan belakangan. Soal pacaran dengan Anto, aku seorang tidak yakin tunak dapat jalan. Sejak diusir ayahku, dia bukan pernah muncul lagi. Dia ternyata pengecut. Tapi terimakasih atas iktikad baik kalian. Selamat sore, aku menyingkir terlampau. Suka-suka perlu. Memencilkan 136 IRNA Marni, tunggu. Marni ! 137 LALA & AUDI Marniii … 138 AUDI Bagaimana sih dia ? 139 IRNA Kok kepala rayuan banget ? 140 LALA Memang kepala batu berusul sononya. CEPI MUNCUL BERGEGAS 141 CEPI He, lihat Marni ? 142 AUDI Baru meninggalkan. 143 CEPI Anto ? 144 AUDI Nggak. Sudah lama nggak lihat Anto. Bukannya dia jarang masuk sekarang ? 145 CEPI Memang. 146 IRNA Cak semau barang apa ? 147 CEPI Barangkali hanya Anto yang bisa memburas Marni enggak kabur ke luar wilayah. Kemaren aku bicara seimbang Anto supaya dia datang menjumpai Marni, tapi gagal. Malah Anto ngambek. Merasa lain dipamiti. Memang Marni belum pamit sederajat Anto, ya ?. 148 IRNA Kelihatannya semacam itu. Marni kembali ngambek karena Anto tidak gayutan cak bertengger lagi sejak dimarahi ayahnya. 149 CEPI Begitu ? Waduh, tambah ruwet dong. Terus bagimana ini ? 150 IRNA Bagaimana, bagaimana ? Kita juga tidak luang bagaimana. MENDADAK TERFIKIR Cepi, bagaimana kalau kita bagi tugas ? Begini, coba temui Marni … 151 CEPI Saya tadi ke apartemen dia, tapi tak ada … 152 LALA Tadi dia di sini … 153 IRNA Temui Marni, pujuk supaya ketemuan sama Anto. Saya, kami bertiga ini, membujuk Anto biar ketemuan selaras Marni. Bagaimana ? 154 CEPI Tapi Anto sudah lalu dibilangin juga bandel. 155 IRNA Dia jangan ikutan bandel. Kita berbagi tugas, setuju ? Oke ? 156 CEPI Okelah kalo begitu. LAMPU BERUBAH. BABAK 4 ADEGAN Satu TAMAN Nan Sekelas, Sejumlah HARI KEMUDIAN. Tunggang. MARNI Bertemu ANTO. MARNI SUDAH LAMA MENUNGGU, DUDUK Bungkam-Bungkam. ANTO Cak bertengger KEMUDIAN, Kembali Tutup mulut-DIAM. 157 MARNI Aku kira tidak datang … 158 ANTO Aku kira kamu juga tidak datang … BEBERAPA Detik ANTO Keseleo TINGKAH. MAU DUDUK DI Sebelah MARNI TAPI RAGU. Kesudahannya IA DUDUK Juga, TAPI AGAK JAUH. SUASANANYA SUNGGUH Dogmatis 159 ANTO Anda ingin menghindari lakukan menghindari aku kan ? 160 MARNI Kamu tidak pernah datang ke apartemen lagi, kenapa ? 161 ANTO Supaya ayahmu mati, karena tidak cak semau suara minor knalpot pentolan yang berisik. 162 MARNI Bijaksana sekali … 163 ANTO Aku harus tahu diri. Aku kan sahaja tukang ojek dan pengemudi tembak. Jangan kata cak berpacaran sama anda, datang ke rumahmu pun aku tidak pantas. 164 MARNI Oo … makara sejenis itu cara berpikirmu ? Kalau begitu beliau kian semupakat jadi anak ayahku, dan memang tidak pantas bintang sartan pacarku. Absolusi … selamat lampau ! Menjauhi 165 ANTO KAGET Marni .. Marni … MARNI Benyot Pun 166 MARNI Maaf, saya tidak ada urusan sama ahli ojek. Ingin PERGI LAGI TAPI ANTO MENAHANNYA 167 ANTO Maaf Marni, aku tidak bermaksud membuat sira marah. 168 MARNI Ia sudah takhlik aku murka. 169 ANTO Belas kasihan. Aku tidak akan mewujudkan anda marah lagi. Izin. 170 MARNI Katakan dengan jujur, kenapa lama enggak cak bertengger ? LAMA TIDAK MENJAWAB Katakan ! Sira ngeri sama ayahku ? Aku benci orang nan pengecut Anto. Aku yakin kamu sekali lagi benci orang seperti itu. Jadi salahkan dirimu seorang, jangan menyalahkan aku. Aku mau pergi dari rumah, tujuanku jelas. Aku protes gigih plong ayahku karena beliau berlaku bukan adil sreg kita. Jelas ? 171 ANTO Ia betul, aku pengecut.. 172 MARNI Bagus jikalau kamu sadar. Tapi kenapa harus bertindak pengecut ? Kamu bukan pelecok apa-segala apa setimbang ayahku. Pacaran juga bukan karas hati. Yang penting kita tahu sempadan. 173 ANTO Ya. Tapi barangkali ayahmu betul. Kamu harus memilih pemuda yang tepat. Dan itu bukan aku. ANTO Melagu LAGU "TAPI Bukan AKU"-KERISPATIH. 174 MARNI Stop ! Jangan mulai lagi Anto. Selain benci pengecut, aku lagi benci orang terbatas diri. Dulu kamu sedemikian itu beriktikad diri dengan semua yang ia bagi. Kamu punya cita-cita dan berjuang gentur untuk meraihnya. Itu kelebihan kamu. Itu pula yamg membuat aku … caruk … sama kamu. Jadi tolong jangan berubah. 175 ANTO Ia .. tekun sayang setimbang aku ? 176 MARNI Sipu -MALU Ah, pakai nanya kembali. 177 ANTO Tapi nilaiku jeblok. Aku banyak narik dan bolos sekolah. Aku kuatir tidak lulus. 178 MARNI Belum tersisa untuk mengejar ketinggalan. 179 ANTO Biaya kuliah kian mahal, apa aku sanggup ? 180 MARNI Pasti sanggup. Kamu pegiat keras. Kalau perlu kamu bisa kerja nan lain, yang penghasilannya bertambah banyak. 181 ANTO Tapi ngojek pekerjaan kuno, Marni. Itu ketel yang mempertemukan kita ? 182 MARNI Ya. Suara miring knalpot motormu yang berisik membuat aku bosor makan bertukar setiap sira lewat di depan kondominium. 183 ANTO Ya. Dan kamu beberapa lega imbangan-temanmu, aku tukang ojek paling keren. 184 MARNI Yang jelas kamu berbeda. Juru ojek lain takdirnya nunggu penumpang main gaple, kamu bikin PR. Juru ojek lain besar perut siap dengan uang kembalian, engkau tidak. Ahli ojek lain siap mengakui uang jasa uang jasa, kamu malu-malu. 185 ANTO Waktu ini aku tidak sipu, supaya cicilan motor cepat lunas. 186 MARNI Eh, berapa utangku ? 187 ANTO Tunggakan segala apa ? 188 MARNI Langganan ngojek setimpal kamu. 189 ANTO Simpan saja uangmu. Aku kembali tidak ceceh. 190 MARNI Nan anda butuh segala dong ? 191 ANTO Pakai tanya lagi. Kita kan lama nggak cak bertemu ? Marni. Menyandang TANGAN MARNI 192 MARNI MALU Apa sih ? 193 ANTO Tanya pergi ke luar negeri, kamu lain sungguh-bukan main kan ? 194 MARNI Tidak tahu. Yang jelas, aku harus menjauhi berpokok kondominium. Aku lain resistan, ayahku betul-betul kebangetan. Tidak adil. MENANGIS Aku harus protes. Harus ! Sampai .. 195 ANTO Sekata, dapat sahaja protes. Tapi centung bisa dengan cara lain. Pergi dari flat, bukan mandu yang tepat. Tubin semuanya jadi kacau. MARNI TERUS MENANGIS. ANTO Memisahkan Tunggu, ranah terlampau. Nyenyat Marni. Dengar. MARNI DIAM Bagaimanapun, flat merupakan ajang terbaik untuk memulai barang apa tulangtulangan, segala cita-cita. Dan orang tua, segalak apa pula, tunak sayang proporsional anak asuh. 196 MARNI Bertahu-tahu, ah ! 197 ANTO Aku tidak sok adv pernah, Marni. Tapi memang senggang. Kamu kembali adv pernah ayahmu gelojoh sebabat kamu. Dia doang sedang emosi. 198 MARNI Terus aku harus bagaimana ? Apa usulmu ? 199 ANTO Beliau ikrar tidak akan pergi ? 200 MARNI Ya. Asal kamu tetap ke rumah sama dengan seremonial. 201 ANTO Ikrar kembali masuk sekolah ? 202 MARNI Ya. Janji. 203 ANTO Oke. Aku n kepunyaan usul bakal anda. Ayo, kita bicara di panggung lain. Nanti penonton tahu rencana rahasia ku. Berucap KEPADA Pemirsa MEREKA PERGI Lampu busur BERUBAH Episode 5 Fragmen SATU BERANDA DEPAN Flat MARJUKI. SIANG. Sesudah MENGGAMBARI SELURUH TEMBOK RUMAH, MARNI MENGGAMBARI LANTAI. ITULAH Kata majemuk PROTES MARNI KEPADA SANG AYAH, SEBAB SELALU DILARANG PACARAN. SEBELUMNYA, MARNI PROTES DENGAN CARA Lumpuh Wicara Seminggu. SEBELUMNYA LAGI, Ia MOGOK Bersantap DAN Enggak KELUAR KAMAR 3 Perian TIGA Lilin lebah. MARJUKI Hijau DATANG Berpokok KELURAHAN, KAGET Menyibuk Persuasi MARNI. 204 MARJUKI Ya, ampun. Protes hipotetis apa lagi ini Marni ? Waktu, seluruh rumah digambari begini ? Aduh … aduuhh … gambar apa pun ini ? MEMANDANG Makin SEKSAM Ya ampun, Marni .. Marni … saya pikir protes kamu sudah sepan. Tujuh hari rewel wicara, 3 hari 3 malam mogok bersantap dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak kembali. Pertanyaan protes dengan cara yang tidak-lain itu, okelah. Ayah bisa songsong. Tapi lukisan khayali ini, saya keberatan. Melukis itu suka-suka aturannya. Permulaan anak adam harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lain-lainnya, baru teoretis. 205 MARNI Itu kuno. 206 MARJUKI Apa salahnya kuno jika baik ? 207 MARNI Barang apa salahnya modern kalau juga baik ? 208 MARJUKI Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Payah. 209 MARNI Marni juga capek, maka itu kemaren seminggu diam. 210 MARJUKI Marni, kembali ayah tegaskan. Ayah tidak melarang anda pacaran. Ayah hanya lain sekata dengan caramu. Engkau cak berpacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah kepingin kamu moralistis-ter-hormat melembarkan pemuda yang setuju. 211 MARNI Itu sederajat semata-mata dengan melarang. 212 MARJUKI Lain, Marni. Beda. 213 MARNI Sejajar! 214 MARJUKI Mmm … berdiskusi lagi. 215 MARNI Terlampau, ayah melarang Marni akrab sama Ongky. " Jangan nan beda agama " perkenalan awal ayah. Lalu Marni dekat sekelas Taufik, ayah sekali lagi melarang. " Jangan dengan momongan superior. Miskin tidak pantas, mampu disangka KKN " serupa itu. Sekarang, Marni dekat sebanding Anto, jelas engkau momongan baik, se-iman, lain momongan pemimpin. Apa pula ? Barang apa ayah enggak ada prolog enggak selain " jangan " ? 216 MARJUKI Boleh jadi rela mempunyai anak pacaran sama pengangguran ? 217 MARNI Kali bilang ia pengangguran ? Dia sekolah ayah. 218 MARJUKI Jika sekolah ngapain tiap pagi mondar-mandir naik gembong ? 219 MARNI Pagi beliau ngojek. 220 MARJUKI Kapan sekolahnya ? 221 MARNI Anto Masuk siang. 222 MARJUKI Takdirnya sekolah siang kenapa malam-lilin lebah sering hinggap ke sini ? Habis sekolah mustinya pulang ke flat, bukan main ke sini. 223 MARNI Malam kamu narik angkot ayah. Kalau juga hening, atau angkotnya dibawa individu lain hijau main. Kan tidak tiap malam Anto ke sini ? 224 MARJUKI O, supir tembak ? Ampun Marni, apa yang bisa diharap semenjak tukang ojek dan sopir tembak ? 225 MARNI Jangan kuatir. Dia punya cita-cita tinggi, punya platform ! 226 MARJUKI Syarat yang diperlukan sebagai calon suami yaitu sukma mapan, n kepunyaan pegangan ki ajek, penghasilan cukup, dan sayang sama beliau. 227 MARNI Itu pendapat kuno. 228 MARJUKI Biar kuno kalau baik apa salahnya ? 229 MARNI Cak agar berbudaya kalau baik pun apa salahnya ? 230 MARJUKI Jangan mengajak berdebat Marni. Capek ! 231 MARNI Saya juga capek dan tidak ada waktu. Masih banyak yang harus Marni bikin. Seluruh rumah harus saya lukis. Tapi catnya kurang. Permisi silam. Saya mau beli cat. Menghindari 232 MARJUKI Duh, aduh … punya anak perempuan suatu cak kenapa repot amat, rumit dibilangin….marni..marni ADEGAN DUA Rumah MARJUKI. SIANG IRNA, AUDI, LALA DAN Sejumlah Inversi MARNI Menclok. MEREKA SEMUA Sewaktu Mengagumi LUKISAN MARNI. MARJUKI Menangkap basah MEREKA, MARNI Enggak DI RUMAH. 233 MARJUKI Silahkan, silahkan masuk semua. 234 SEMUA Terimakasih … 235 AUDI Marni ada, om ? 236 MARJUKI Barusan meninggalkan. Lekas rupanya, sampai-sampai lain minta diri. Kalian sudah janjian mau datang? 237 AUDI Pron bila hari marni mapir ke sekolah, dan dia mangundang kami ?. 238 IRNA Marni bilang, acara kejutan. Makara tidak pakai penjelasan acaranya barang apa. 239 LALA Ya. Keliatannya kemaren dia lekas sekali. Habis beli cat dan banyak pekerjaan di rumah. Dia juga pesan meski kami bopong makanan. Marni tak akan sempat masak katanya. Ini om, kami bawa jajan pasar. 240 MARJUKI O, sejenis itu ya ? Ya .. ya.. Terimakasih .. terimakasih. Mungkin nan Marni maksud acara kejutan ya ini, lukisan-lukisan yang menetapi rumah ini. Sebab setahu saya tidak terserah kejutan lain. Kami pun tidak punya hajatan segala-segala apa. Jadi silahkan menikmati lukisan-lukisan ini. SEMUA Serta merta MENGAGUMI LUKISAN MARNI 241 AUDI Ini semua Marni yang melukis om ? 242 MARJUKI Ya, Marni semua. 243 IRNA Asing sah. Sangat berbakat. 244 LALA Fantastis ! 245 IRNA Di mana Marni sparing melukis om ? Setahu saya, di sekolah Marni tidak pernah belajar. 246 MARJUKI Saya juga kurang sempat. Sejak kanak-kanak Marni lebih tertarik menari atau menyanyi. 247 AUDI Segala apa ini nan dikerjakan Marni selama seminggu lebih tidak timbrung sekolah ? 248 MARJUKI Marni mengerjakan ini hanya sehari semalam. 249 SEMUA Oh … luar jamak. 250 IRNA Adv amat luar biasa ! Bilang Ketika Tutup mulut Om, terserah apa sebetulnya dengan Marni ? 251 LALA Segala dia sedang terikat dan … 252 AUDI … dan om melarangnya ? 253 MARJUKI Saya tidak pernah melarang. Saya sekadar menunangi Marni memilih bujang nan tepat dan jangan pacaran rawak hari. Jangan hingga cak berpacaran mengganggu jam belajar. Itu kan tuntutan umum setiap orang jompo ? 254 IRNA Mungkin mandu om meminta pada Marni berlebih keras, dan … 255 LALA … dan Marni terluka hatinya. 256 IRNA Ya, terluka hatinya. Lihat om, tatap semua lukisan itu. Saya bisa menangkap, luka lever nan sangat, tinggal … 257 AUDI … tinggal privat …. 258 IRNA Pemaafan om, bagaikan hamba allah tua om tentu bertambah tahu bagaimana menyayangi momongan. Tapi sebagai anak asuh, kami-kamilah yang bertambah luang segala yang kami butuhkan dari orang tua. PADA AUDI Bukan semacam itu ? 259 MARJUKI Mana tahu begitu … 260 AUDI Lihat pakcik, lihat lukisan yang sebelah sini. 261 MARJUKI Ya, saya tatap. 262 AUDI Om lihat warna putih yang menggumpal seperti mega ? 263 MARJUKI Ya. 264 AUDI Apa yang mamak rasakan waktu mengawasi gumpalan rona putih itu ? 265 MARJUKI BINGUNG Ee … e .. 266 AUDI Saya merasakan hati pelukisnya yang tengah kosong, hilang pamrih, zero. 267 LALA Barangkali, waktu Marni melukis itu, darahnya tengah berhenti mengalir, karena kepedihan nan sangat. 268 IRNA Bisa jadi lever Marni sirih terbang ke udara, sebab bumi tempatnya berpegang tidak memberi tujuan barang apa-apa. 269 AUDI Om lihat, warna hitam di lantai sebelah sini ? 270 MARJUKI Yang mirip gua karang bolong ? 271 AUDI Ya. Apa nan kulur dalam imajinasi om memandang lukisan ini ? 272 MARJUKI Sano Ya .. ada semacam .. 273 IRNA Saya merasakan perian depan yang suram, bawah tangan .. 274 LALA Begitu juga ikut mata air tanpa dasar. 275 AUDI Persis ! 276 IRNA Mungkin sebaiknya paman wicara dengan Marni, tanyakan apa yang terjadi. Semua lukisan ini adalah tanda-tanda yang sangat jelas, hati Marni menengah bimbang. Mungkin ada kedahagaan terpendam yang tidak kesampaian. Kalau saya makara om, saya akan kabulkan segala pula keinginan Marni. 277 LALA Ya, pakcik harus bicara dan mengabulkan keinginannya. 278 IRNA & AUDI Harus. 279 MARJUKI Skeptis Ya, ya, tanya wicara dengan Marni saya rasa itu usulan yang baik. Dan saya sudah sering mencoba. Tapi kalau soal mengabulkan keinginan Marni, harus saya timbal-timbang tinggal. Dan, pemaafan ya, anu, saya terserah berkembar RT di kelurahan. Saya sudah primitif. Saya kan ketua RT paling senior di kampung ini, jadi sipu kalau terlambat. Apa kalian mau menunggu Marni pulang, atau bagaimana ? 280 AUDI BINGUNG Mungkin … 281 IRNA BINGUNG JUGA Mungkin agar kami pulang. 282 LALA Ya. Nanti kami datang lagi kapan-kapan. 283 Yang Tidak Salam buat Marni ya om. 284 IRNA Sampaikan pada Marni, kami gembira sederum sedih atas programa kejutan ini. 285 MARJUKI Ya, ya … saya sampikan belakang hari. TEMAN-TEMAN MARNI PERGI 286 MARJUKI Kurang ajar. Berani-beraninya kasih nasehat sederajat saya. Segala hak mereka menyuruh saya menuruti apa saja kemauan anak saya ? Sok pintar. Aku susah payah membiayai anakku, aku memiliki hak atas masa depan anakku. Ini tentu akal bulus-akalannya sang Marni sebanding si Anto. 287 MARNI MUNCUL Semenjak Internal Jangan mengkritik merawang, ayah. Aku tidak tahu apa-apa. Apa sekali lagi Anto. Semua yang mereka cak bagi tadi, merupakan isnisiatif mereka koteng. Aku sudah mencegah tapi mereka ngotot. Itu sebabnya aku pergi. 288 MARJUKI Mereka datang atas undanganmu ketel ? 289 MARNI Aku memang mengundang mereka, tapi sekedar untuk ngobrol dan pamitan. Aku ingin bintang sartan TKI ke luar negeri. Itu protesku seterusnya pada ayah. Dan aku akan terus protes sampai ayah mengijinkan aku pacaran sama Anto. 290 MARJUKI O, begitu ? Kaprikornus kamu pikir dengan demonstrasi berkanjang ayah akan mengijinkan ? 291 MARNI Tentu terserah syarat lain. Aku harus mandiri. Dengan bekerja aku n kepunyaan uang. Dengan tip aku dapat menentukan masa depanku koteng. Selamanya anak asuh akan kalah suara, kalau anak masih tergantung sama uang orang tua. 292 MARJUKI Stop Marni ! Itu pikiran yang dangkal. 293 MARNI Kita tidak teradat berdiskusi ayah. Aku pergi silam, banyak urusan. Pergi 294 MARJUKI Marni … mencari marni LAMPU BERUBAH ADEGAN TIGA RUMAH MARJUKI. Lilin lebah. CEPI DATANG KE Rumah MARJUKI Kerjakan MENYAMPAIKAN PESAN MARNI. 295 MARJUKI Ya ampun, jadi Marni sungguh-sungguh mau pergi ke luar provinsi ? Aku pikir namun gertak. 296 CEPI Rupanya begitu, om. Saya juga tidak menyengaja Marni sungguh-bukan main. 297 MARJUKI Terus di mana Marni sekarang ? Kapan berangkatnya ? 298 CEPI Saya juga tidak adv pernah. Dia cuma beberapa kini suka-suka di tempat penampungan. Saya tanya bolak-mengsol di mana alamatnya, dia tetap bukan mau menjawab. 299 MARJUKI Tapi apa secepat itu prosesnya ? Diterima jadi TKI bukannya prosesnya panjang ? 300 CEPI Itu juga pernah saya pertanyaan. Dia bilang, " semua bisa diatur " dasar cak semau persen. 301 MARJUKI Pecah mana Marni dapat uang ? 302 CEPI Ya dari uang jasa gaji Marni yang dipotong tiap bulan nanti. " Semua dibiayai sama agen ", sedemikian itu Marni bilang. 303 MARJUKI Apa nama agennya ? Di mana alamatnya ? 304 CEPI Marni tidak tutur-sebut paman. Ia hanya harap tolong saya supaya cekut sejumlah busana yang tunggakan. 305 MARJUKI Ya ampun, Marni .. Marni. Barang apa sebegitu besar marahmu sama ayah, hingga-sampai harus pergi keluar negeri makara TKI ? Tidak pamit pula. Coba nak Cepi pikir, apa pantas ? 306 CEPI Kalau ditanya pantas atau bukan, jelas tidak pantas. Tapi kelihatannya, Marni memang terlampau berang setara om. Tapi terus-cahaya, perumpamaan teman, saya tidak setuju Marni pergi. Marni sececah kembali ujian dan tahun depan harus kuliah. Setelah lulus kuliah, ada cak hendak ke mana dan makara segala apa. Jadi TKI ke luar provinsi pun bukan masalah. Itu bukan situasi nan jelek. Menuntaskan kuliah, kian aman bakal masa depan Marni. 307 MARJUKI Ah, itu bau kencur pikiran sehat. Terus, teruskan nak … 308 CEPI Maaf mamanda, saya lain bisa lama. Marni memerlukan baju nan saya ambil. 309 MARJUKI Kapan Marni ingin ambil pakaian-baju itu ? Di mana kalian janjian cak bertemu ? 310 CEPI Maaf om, saya tidak boleh bilang. Itu pesan Marni. 311 MARJUKI Tolonglah nak Cepi, sebutkan. Saya harus ketemu Marni sebelum dia pergi. Tolong, saya minta sekali. Please … 312 CEPI Sekali lagi, amnesti om. Saya tidak boleh melanggar janji. 313 MARJUKI Please … 314 CEPI Ampunan ommm …. Saya tidak bisa. MENATAP MARJUKI BEBERAPA SAAT Tapi, kalau om bersedia kerjasama dengan saya, kita sebetulnya bisa membatalkan Marni meninggalkan. Seperti saya sejumlah tadi, saya lain setuju Marni memencilkan. 315 MARJUKI Membatalkan Marni pergi ? Bagaimana caranya ? Jelas saya semupakat. 316 CEPI Tapi jangan hingga dia tahu. Ini rahasia antara kita. Om Setuju ? 317 MARJUKI Sekata. Saya bisa pegang janji. Bagaimana caranya ? 318 CEPI Tunggu dulu. Saya mau tanya, bantu jawab dengan jujur Segala sebetulnya nan membuat Marni murka sama om ? 319 MARJUKI Saya melarang Marni pacaran sama Anto. 320 CEPI Kenapa ? 321 MARJUKI Saya enggak adv pernah persis. Saya merasa, sang Anto sebetulnya anak asuh baik. Bintang sartan, saya tidak sungguh-sungguh melarang. Tapi Marni keburu protes berkanjang. Merasa bukan didengar omongannya, saya bintang sartan tambah jengkel. 322 CEPI Saya lihat Marni begitu pula. Makin dilarang, lebih memfokus. Intinya ekuivalen ingin didengar suaranya. 323 MARJUKI Seperti itu ? 324 CEPI Begitu. 325 MARJUKI Jadi bagaimana caranya supaya Marni enggak jadi menyingkir ? 326 CEPI Turuti saja kemauannya. Andeng-andeng pakcik sudah yakin Anto anak baik. 327 MARJUKI Nak Cepi bisa jamin 100% Marni tawar menjauhi ? 328 CEPI Saya harus ketemu Marni dulu. 329 MARJUKI Kalau begitu temui Marni, buru-buru. Katakan, saya akan ijinkan Marni pacaran setimpal Anto. Selepas itu, anjing hutan mereka berdua ke sini supaya mendengar berbarengan dari saya. 330 CEPI Om Marjuki bisa jabat janji ? 331 MARJUKI Bisa. Saya jamin ! 332 CEPI Baik. Jika serupa itu saya jamin 100% Marni batal menjauhi. Permisi lalu om, saya harus cari Marni dan Anto sekarang pun. Saya akan kabarkan kabar baik ini. IRNA, AUDI, LALA DAN Beberapa N partner MARNI YANG LAIN Mendadak MUNCU 333 IRNA Tunggu Cepi ! Maaf mamanda Marjuki, kami mendengar semua pembicaraan ini. Kami ikut gembira. Tapi itu tidak cukup. Harus ada cekram tertulis bahwa om Marjuki akan menepati janji. 334 CEPI Lain Irna, aku percaya orang tua bijaksana ini. 335 AUDI & LALA Perlu dong ! ANTO Tiba-tiba MUNCUL 336 ANTO Tak, enggak teradat. Cepi betul. Saya kembali beriman om Marjuki akan menepati janji. Ini morong bukan urusan dagang tanah atau semacamnya. Tapi urusan anak dan khalayak tua. Jangan repot-repot. Ikrar secara lisan mutakadim patut. 337 IRNA Tapi … 338 MARJUKI Nak Anto betul, jangan repot-repot. Makin kita repot, kian lama Marni di pembendungan TKI. Kasihan sira. Bertambah baik kita cari Marni sekarang. Apa kalian ada yang tahu alamatnya ? MARNI Tiba-tiba Muncul Mulai sejak ARAH DALAM 339 MARNI Marni telah di sini ayah. Tidak usah dicari. 340 MARJUKI Tersingahak Marni ? Ah, kemarilah anda nak. Ayah sangat kuatir terserah apa-apa dengan kamu. 341 MARNI Jangan kuatir ayah, Anto menjaga aku. Sekiranya bukan karena dia, aku pasti kaprikornus TKI real. 342 MARJUKI Syukur .. syukur kalau begitu. Terima kasih nak Anto. 343 ANTO Marni melebih-lebihkan pakcik. 344 MARNI Anto meyakinkan aku serupa itu rupa, segalak segala kembali, ayah loyal sayang aku. Dan apartemen adalah ajang terbaik menyusun buram dan cita-cita. 345 MARJUKI Bagus. Dia menemukan perjaka yang tepat anakku. Dan kamu tidak terlampau di tempat penghimpunan bukan ? 346 MARNI Bukan. 347 IRNA, AUDI & LALA Di apartemen kami pakcik. Kami bertiga. 348 MARJUKI Jadi siapa nan mengeset nak Cepi cak bertengger ke yuk dan main sandiwara di depan saya ? 349 ANTO Saya om. Sayalah komadan semua sandiwara malam ini. Sebagai superior saya tidak akan lari. Saya siap diadili. 350 MARJUKI Bagus. Itu komandan yang baik. Anda siap saya tuntut di depan penghulu menikahi anak saya ? 351 ANTO Sekarang ? 352 IRNA & YANG LAIN Huuuu … 353 MARJUKI Esok, setelah lulus kuliah dong. 354 ANTO Marni, siap jadi anggota Dharma Wanita ? 355 MARNI Malu Idih, Apaan siihh… masa harus dibahas saat ini ? Intiha ANTO MENGGANDENG MARNI DAN MENYANYI BERSAMA MARNI Menyanyi BILANG Papa KU KAU Lain Morong BUAT KU BERUBAH MENJADI ANAK Nan NAKAL ANTO Melagu BILANG PAPA MU KU CINTA PADA MU DAN AKU Tak PERNAH MAIN-MAIN SEMUA BIARKANLAH Sahaja DULU KITA Urut-urutan Empat mata MEREKA Pun Pertalian Mulai dewasa SAATNYA KAU DAN AKU Saat ini LAMPU PADAM PERLAHAN SELESAI
naskah drama aku vs ayahku